Batu Tanous menyajikan refleksi mendalam tentang hubungan antara Timur dan Barat, melalui perjalanan eksistensial tokohnya, Tanous, yang hidup dalam gejolak sejarah Lebanon dan diaspora. Ma’luf menggunakan batu sebagai metafora atas identitas dan warisan budaya yang berat sekaligus kokoh. Novel ini menampilkan krisis kepercayaan, alienasi, dan kebutuhan untuk berdamai dengan masa lalu. Dengan gaya penceritaan yang lembut dan elegan, Amin Ma’luf menelusuri luka-luka pribadi yang sekaligus merupakan luka kolektif masyarakat Timur Tengah. Ia mengajak pembaca merefleksikan arti dari akar budaya dan pentingnya memahami sejarah bukan untuk meratapinya, tetapi untuk membangun jembatan antargenerasi dan antarperadaban.