“Bilqis, Ratu Yaman 2” merupakan kelanjutan dari kisah epik dan spiritual sang ratu legendaris yang kini berada di persimpangan takdir dan keyakinan. Dalam bagian kedua ini, Emil al-Asyqar memperluas cakrawala cerita dengan mengeksplorasi dinamika kekuasaan Bilqis setelah pertemuannya dengan Nabi Sulaiman. Cerpen ini menghadirkan pergulatan antara kearifan kuno dan wahyu Ilahi, antara kebesaran duniawi dan ketundukan kepada Yang Maha Kuasa. Bilqis tidak hanya ditampilkan sebagai tokoh sejarah, tetapi sebagai simbol transformasi batin seorang pemimpin perempuan di tengah arus perubahan besar. Dengan kekuatan bahasa naratif yang khas, al-Asyqar menggambarkan perjalanan Bilqis dari penguasa agung menjadi sosok yang lebih manusiawi, reflektif, dan spiritual. Pertanyaan tentang iman, tanggung jawab, dan pengorbanan menjadi inti dari bagian ini, mengajak pembaca merenungkan makna kepemimpinan sejati dalam pandangan moral dan ketuhanan. Ditulis dengan gaya yang mendalam dan menyentuh, cerpen ini melengkapi kisah sebelumnya dan menegaskan kekuatan sastra sebagai jembatan antara sejarah, mitologi, dan renungan kontemporer.